Kerandoman Orang Kampung

Delapan bulan tinggal di Jakarta, aku belum juga bisa bersahabat dengan AC. Kulit rasanya kering, apalagi di bagian bibir, benar-benar seperti orang kekurangan vitamin C. Di bagian sudut bibir bahkan luka, mirip memrengan. Ada yang pernah tahu istilah memrengan gak, ya? Aku tahunya juga dari istilah turun-menurun, istilah bahasa jawanya orang sumatera. Kalau dulu penyebab memrengan katanya pas tidur dikencingi coro (kecoak). Sampai sekarang aku belum pernah membuktikan penyebabnya adalah binatang menggelikan itu, dan memang belum pernah memrengan. Baru kali ini, dan di sini gak ada kecoak sejenis itu. 



Apa nggak brr.. Kalau dinyalakan barengan? 


Ruangan unit apartemen yang kami tempati, yang luasnya kira-kira 5x6m itu dipasangi 2 unit AC. Yang satu unit dibagi dengan dua kamar, satunya lagi di ruangan tengah. Bila tidak menyalakan AC gerah, dinyalakan kedinginan. Bayangkan kalau dinyalakan keduanya serentak, apa gak menggigil akunya? Untuk menyiasati itu AC on/of bergantian, disesuaikan dengan keberadaanku saja.. 😁 Dan suhunya, tidak pernah di bawah 20′C, di kisaran 25-26, bahkan kadang 27, asal gak gerah sajalah pokoknya. 


Sebetulnya kalau AC gak dinyalakan, aku nyaman-nyaman saja meski berkeringat, karena meski berkeringat kulit dan bibirku jadi normal kembali, tapi si bapak yang gak bisa kegerahan... 🤭


Suami juga sebenarnya gak terlalu tahan suhu AC dulunya, tapi syukurnya, selama tinggal di apartemen sudah beradaptasi badannya. Badanku yang belum juga bisa beradaptasi, entah sampai kapan. 


Oiya, hampir bersamaan dengan kepindahan kami ke Jakarta, issue polusi udara semakin parah. Langitnya berwarna abu-abu, padahal tidak sedang mendung. Hujan jarang turun. Banyak yang terdampak sakit. Si sulung bolak-balik mengingatkan untuk beli alat pembersih udara . Di  rumah Medan boro-boro mikirin air purefier,  vacum cleaner jaraaang digunakan. 



Sangat dibutuhkan kalau polusi makin parah


Aku tidak mengeluh ya, cuma menuliskan keadaan kami selama tinggal di sini. Besok-besok bisa dibaca-baca lagi, jadi sebuah memori yang menyenangkan. 


Lalu bagaimana caraku menyiasati kondisi badan yang gak nyaman dengan suhu AC ini? 


Sedikit lucu sih bagiku, atau mungkin juga sebagai hal positif yang patut kusyukuri karena hampir sepanjang hari, aku seperti dandan saja di dalam rumah. Untuk mengatasi kondisi bibir supaya gak kering aku setiap waktu selalu memolesnya dengan pelembab bibir dan lipstikan. Wajah selalu pakai krim sesuai waktunya, dan bagian kulit lainnya selalu menggunakan lotion. Wangi terus walaupun gak mandi 😅


Kadang merasa sok cantik di usia jelita, kadang juga merasa kenapa tidak sedari dulu kulakukan. Coba sedari dulu rajin merawat diri, kan kulit bisa jauh lebih sehat, palagi di suhu udara seperti rumah Medan. Cuma berandai-andai sih.. 


Selama di sini aku mencuci dan nyetrika baju manual, kalau ada keperluan khusus saja diloundrikan. Selain biar badan punya kegiatan daripada gegoleran doang, juga lebih menghemat. Loundry di sini 2x lipat dari harga Medan cuy, lagi pula pakaian kami berdua kalau dicuci/ 3 hari sekali juga masih aman, gak dikejar-kejar harus mencuci pakaian seragam dengan segera, kan? Sudah berbeda ketika anak-anak masih usia sekolah, skip nyuci 2 hari saja bakalan menggunung, belum lagi seragam sekolah harus stand by sesuai harinya. 


Di sini aku juga amat sangat jarang ke pasar (baca:pajak), lebih suka belanja di warung yang berada di lantai dasar tower A.  Kalau ke pasar naik motor online, pergi-pulang ongkosnya sama saja dengan belanja di warung. Mau beli yang dibutuhkan tinggal pesan saja. Kalau harga kebutuhan pokok jelas lebih mahal dibanding Medan. Di sini aku juga jarang pegang uang cash, apa-apa pembayarannya dengan e-money. Memudahkan memang bagi yang punya kartu debit atau m-bangking, cuma kalau jaringan ngadat repot juga. Ya ada plus minus-nyalah. 


Situasi di sini kebalikan dari di Medan, sosialisasiku terbatas, tetapi sama sekali aku gak merasa bosan atau kesepian. Kata beberapa orang semua itu tergantikan dengan Wi-Fi, kalau Wi-Fi lancar sepi pun hilang. 


Nggak juga bagiku, di Medan Wi-Fi kami lancar jaya, tetangga akrab, teman banyak, tapi belakangan malah nggak suka bepergian kalau gak penting banget. Sudah membatasi circle pertemanan, lebih suka diam di rumah. Kalau bepergian lebih suka berduaan sama suami. Ini tanda-tanda TUWA atau gimana, ya? 😂😂


#kisahharitua





Komentar

Postingan Populer