Kucing Kami Bernama Popoy


                                  Popoy


Semenjak pandemi, banyak sekali orang-orang yang memutuskan untuk memelihara hewan piaraan rumahan, seperti kucing dan anjing. Ada juga yang memelihara kelinci, kura-kura, babi, ular, burung, dlsb. 

Keluarga kami semula tidak punya hewan peliharaan sama sekali, padahal kedua orangtua ku aslinya sangat gemar memelihara hewan yang bisa diambil manfaatnya, seperti ayam, angsa, bebek, dan entok. Walau sejak dulu disugesti bahwa sangat banyak manfaat dari memelihara mereka, namun aku tidak tertarik. Setiap punya sisa sampah dapur selalu teringat kalau diberikan ke peliharaan kan tidak terbuang sia-sia? Dan aku menyiasatinya dengan membungkus rapi sisa sampah dapur tsb dengan maksud agar para pencari pakan ternak mudah untuk mengambilnya (di Medan lazim pemilik peliharaan mencari sisa makanan untuk diberikan pada ternaknya). 

Binatang peliharaan pertama yang kami miliki adalah kucing, namanya Popoy. Sejarah kepemilikan Popoy juga nggak sengaja. Suatu pagi, ketika aku sedang menyiram tanaman di halaman depan rumah, terdengar suara kitten mengeong terus menerus. Sumber suara rupanya berasal dari plastik kresek warna hitam yang berisi 4 ekor anak kucing yang matanya pun belum sepenuhnya terbuka. Waktu itu adalah masa pandemi covid 19, anak-anak sedang berada di rumah karena kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara online. 

Mulanya aku tidak tertarik untuk memelihara mereka. Atas desakan anak-anak akhirnya hatiku luluh juga. Banyak sekali cara kami untuk memberikan makanan pada kitten-kitten itu, mulai dari susu, pakan lunak, pakan cair, semua dicoba. Karena yang bisa mereka konsumsi hanya air susu induknya, yang bertahan cuma seekor, lainnya mati. Yang tersisa ini diberi nama Popoy oleh anak sulungku. 

Makin ke sini makin cinta, Popoy, meskipun merepotkan ternyata menghibur, mengalihkan kebosanan kami merenung wfh dan sfh. Ada saja tingkah menggemaskan yang membuat kami tertawa. Memelihara kucing, apalagi kucing kampung, menang tidak bisa diambil keuntungannya secara materi, kecuali kucing-kucing yang sudah menghasilkan uang karena dijadikam konten oleh pemiliknya, Memelihara atau mencintai hewan mengajarkan kita untuk ikhlas memberi tanpa mengharap pamrih. Perasaan bahagia dan sayang yang kadang sulit dijelaskan. 

Sejak memiliki Popoy, melihat hewan lain pun timbul rasa iba, pada anjing misalnya, padahal aku sangat takut pada binatang satu ini karena punya trauma. Dulu, masa kanak-kanak pernah dikejar dua ekor anjing milik tetangga. Sejak saat itu, lebih baik menghindar daripada harus berpapasan. 

Kata orang, di mana tempat yang memiliki kucing, maka kucing-kucing lain akan mendekat. Saat kita bepergian kucing akan mendekati seseorang yang menyayangi hewan tersebut karena aromanya bisa diendus. Kebenarannya aku belum tahu pasti, tapi memang sering kucing menghampiri, mungkin karena lapar atau alasan di atas benar adanya. 

Berawal dari Popoy, kemudian datang kucing betina dengan mata yang membuatku jatuh hati, kuputuskan untuk adopsi padahal sedang terserang flu, bersin-bersin terus. Tiga kali aku bawa ke dokter baru flunya sembuh. Belum sempat disteril, karena kukira masih kecil, Pipiy hamil, melahirkan 3 ekor anak, tersisa 1 ekor, kami beri nama Epan alias ekor panjang. Epan berusia 2 bulan Pipiy segera ku steril. 



                                Pipiy

Aslinya kucing kami 3 ekor, karena di teras selalu tersedia pakan, alhasil kucing-kucing lain berdatangan untuk sekedar makan. Ada 1 ekor kucing betina yang dibuang orang di gang tempat tinggal kami, melahirkan banyak anak, yang semuanya makan dan pup di garasi rumah kami. Sampai cerita ini kutulis, kabar dari emak kucing kami bersisa 4 ekor, yang 1 ekor lagi anak kucing betina liar, diberi nama oleh suami Stan, karena badannya waktu kecil kurus (stanting), sedangkan induknya dibuang entah ke mana oleh tetangga depan rumah. 



Stan dan induknya, sekarang induknya entah di mana.. 🙁


Kucing-kucing itu tidak hanya makan dry food, oleh emak diberi makan nasi dan ikan tongkol juga, katanya biar kenyang. Padahal makudku dulu kuberi pakan kucing saja, tapi emak bilang beliau sudah biasa memberi makan kucingnya seperti itu, sehat-sehat malah. Aku tidak berani protes, kucing-kucing itu diurusin makannya saja rasanya aku harus berterima kasih. 

Semoga sehat-sehat terus ya, kalian, kucing-kucing kampungku. 




Komentar

Postingan Populer